Sejarah Desa

Sejarah Desa

Asal-Usul Desa Berahan, Kecamatan Wedung, Kabupaten Demak

Asal-Usul desa Berahan

Ketika zaman dahulu di wilayah Kecamatan Wedung masih sepi karena masih berupa hutan. Suatu hari datanglah seorang pria bernama kanjeng raden burhan, dia adalah ulama Muslim. Ketika beliau sampai wilayah Wedung, kanjeng raden Burhan berjalan terus sampai desa Berahan. Pada saat itu desa berahan  masih berupa hutan, mulai saat itu kanjeng Burhan telah bertekad untuk menebang pohon di hutan sampai habis. kanjeng raden Burhan ingin menebang pohon di desa berahan karena ia merasa ingin tinggal di daerah ini dan membangun rumah disini untuk di huni.

Kanjeng raden Burhan tinggal bersama istrinya di desa Berahan. Dulunya Desa Berahan ini belum memiliki nama, ketika pohon-pohon sudah di tebang oleh kanjeng raden Burhan, lalu ia berkata ” yen tanduran kang ana kene kok akahe ngene yo, ambrah-ambrah orak karuan” dari kalimat ini lah desa ini disebut Berahan. pada saat itu yang tinggal di berahan hanya kanjeng Burhan dengan istrinya, tapi  lama kelamaan desa berahan menjadi banyak karena mereka mempunyai anak  dan warga desa lain yang ikut tinggal di berahan. Karena desa Berahan besar, dibagi menjadi dua  yaitu Berahan wetan  karena letaknya di timur dan di bagian barat desa yang disebut Berahan Kulon . Kanjeng raden Burhan dan keluarganya tinggal Di Berahan kulon. Bedanya Berahan Kulon dengan Wetan tidak hanya tempat dan besarnya desa yang berbeda. Jika Berahan Wetan wilayahnya luas, banyak warganya, desanya di pisah-pisah lagi menjadi banyak dusun, dan kekayaan mereka banyak. Batas antara Wetan dan Berahan Kulon adalah sungai. Sekarang sang pendiri desa berahan Kanjeng Raden Burhan sudah lama wafat.

Untuk menghormati jasa beliau, kanjeng Pangeran Burhan dimakamkan di belakang Masjid Jami ‘Al-Burhan, yaitu di desa Berahan kulon. Tapi makam istrinya kanjeng Burhan di Desa Wedung tidak di sandingkan dengan makam suaminya kanjeng raden Burhan. Dahulunya makam kanjeng pangeran Burhan tidak di rawat oleh warga, tapi setelah ada kejadian-kejadian aneh di makam, warga bergotong-royong untuk membangun makam kanjeng pangeran Burhan. Makam kanjeng pangeran Burhan sampai  saat ini masih di rawat warga dengan baik . Jika ada yang rusak langsung di bangun oleh warga. Untuk mengingat jasa yang besar oleh_kanjeng pangeran Burhan pada 1 Sura diadakan Haul. Di Desa Berahan kulon itu ada masjid yaitu masjid Jami ‘Al-Burhan yang dahulunya di bangun oleh_kanjeng Pangeran Burhan. Masjid itu dahulunya seperti bangunan Masjid Agung Demak. Di Masjid Agung Demak pintunya terdapat gambar petir, di Masjid Berahan juga ada seperti itu. Tapi sekarang, Masjidnya banyak yang telah dimodifikasi karena sudah tua. Ketika kanjeng Pangeran Burhan masih hidup, dia memiliki keagungan dan kesaktian yang dihormati oleh warga. Beliau menyebarkan agama Islam agar berkembang di desa Berahan

Jadi kata Berahan itu berasal dari kata ambrah-ambrah ora karuan, maksudnya banyak kekayaan desanya , mereka masyarakat jawa kebiasaan  Berahan. Di Desa Berahan kulon di sisi selatan ada Masjid Tiban karena tiba-tiba ada bangunan Masjid dan ketika sudah masuk waktu sholat, bedugnya bunyi sendiri. Kejadian seperti itu terus berlangsung lama . Karena pada saat itu di kampung masjid ada seni  budaya barongan atau jaran kepang atau jathilan dan warganya telah lupa terdapat Tuhan yang maha Esa, di mana hanya jathilan saja yang di ingat-ingat . Dan anehnya Masjid Tiban tadi menghilang dan bedugnya saat ini berada di Masjid Terboyo Semarang dan ada tulisannya bedug Berahan. Seiring dengan hilangnya menjadi Tiban , ada tiban lagi yaitu Balai Rama berada di samping timur dan menghadap  ke Masjid Tiban tersebut.